KOMPASTV - Sudah pada tahu kan kalo kualitas udara di Ibu Kota itu memburuk? Ada sejumlah faktor yang menyebabkan kualitas udara memburuk. Kita bicara musim penghujan dulu deh, penyumbang polusi teratas apalagi kalau bukan asap kendaraan bermotor, dengan presentase 32-41 persen, disusul pembakaran batubara dengan 14 persen, aktivitas konstruksi 13 persen, pembakaran terbuka biomasa atau lainnya sebesar 13 persen, dan masih banyak lagi.
Nah sekarang kita bicara musim kemarau, dimana posisi teratas masih dipegang oleh asap kendaraan bermotor yang presentasenya naik menjadi 42-57 persen, garam laut sebesar 19-22 persen, partikel tanah tersuspensi 10-18 persen, debu jalan sebesar 9 persen dan masih banyak lagi. Bayangkan, gimana kita ga butuh masker untuk mobilitas sehari-hari di Ibu Kota, setidaknya untuk mengurangi masalah kesehatan yang ditimbulkan dari polusi udara.
Faktanya, angka harapan hidup setiap individu di Indonesia berkurang 2,5 tahun akibat adanya polusi udara. Yang lebih mengejutkan lagi, menurut sumber Iqair ada sekitar 4.700 kasus kematian akibat polusi udara di Jakarta.
Sejumlah penyakit pernapasan tentu mengintai masing-masing dari kita jika polusi di Jakarta masih terus ada dan memburuk. Hal ini tentu akan berdampak terhadap sektor-sektor lainnya.
Salah satunya ialah ekonomi, data yang ditunjukkan oleh Iqair, Jakarta mengalami kerugian ekonomi hingga 1,2 miliiar dollar Amerika Serikat. Dulu gara-gara pandemi, sekarang gara-gara polusi. Sejumlah penanganan polusi tentu sedang dibicarakan oleh pemerintah, salah satunya ialah kembali menerapkan hybrid working, alias kembali work from home.
Dengan catatan beneran diem di rumah ya, jangan nakal pergi keluar-luar, itu sih sama aja nyumbang polusi juga namanya.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/435392/full-darurat-polusi-sulit-solusi-b-talk